Thursday, April 9, 2015

Vivi - simbah putri - simbah kakung - adek 
(lebaran tahun 2014)

    Masih lekat di ingatan, ketika saya masih kecil (sewaktu SD), saya pindah sekolah karena ibuk harus membantu membuat roti di rumah om dan simbah. Ketika bersekolah di desa tempat simbah tinggal, setiap pagi saya berangkat sekolah bersama bapak dan ibuk serta adek ke Pandak menggunakan motor, dan setiap pulang sekolah, saya pulang ke rumah simbah dan menunggu waktu pulang ke Mrisi setelah roti sudah selesai dibuat, dan seringkali saya dan adek juga membantu membuat roti bareng simbah kakung dan simbah putri. Kasih sayang dan perhatian simbah putri dan simbah kakung begitu dalam, hingga cucu-cucunya pun sangat dekat dengan beliau. Keseharian itu berlangsung sampai saya lulus SMP, karena setelah lulus SMP saya bersekolah di SMANSAKA. Dan sejak saat itulah saya tidak begitu sering (paling tidak hanya sekali sebulan) ke Pandak. Namun begitu, masih teringat jelas bagaimana ungkapan kasih sayang simbah selama ini untuk cucu-cucunya.
   Dua minggu yang lalu mbah putri agak sesak napas, dan sudah diperikasakan ke rumah sakit, tetapi data medis yang ada menunjukkan kalau beliau sehat, hanya saja diharuskan banyak istirahat. Namun, beberapa hari kemudian kondisi mbah putri semakin lemah karena hanya maem sedikit, dan keluarga pun menyepakati bahwa mbah putri akan di bawa ke rumah sakit, karena saat mbah putri ditawari apakah mau ke rumah sakit atau tidak, mbah putri pun sangat antusias. maka mobil pun disiapkan. Sembari kami bersiap-siap, ibuk dan anak-anak simbah berpamitan pada mbah kakung untuk membawa mbah putri ke rumah sakit. Tapi apa yang dikatakan mbah kakung saat itu sungguh membuat hati kami berdesir.  Mbah kakung tidak memperbolehkan anak-anaknya untuk membawa mbah putri ke rumah sakit, karena sampai mati pun mbah kakung ingin di samping mbah putri. Dengan perdebatan yang cukup panjang dan dengan penjelasan dari anak-anaknya, akhirnya mbah kakung luluh dan memperbolehkan kami pergi untuk membawa mbah putri ke rumah sakit.
    Yaphs, sedikit banyak saya tahu apa yang ada di benak mbah kakung. Karena setelah dapet kabar bahwa mbah putri sedang ngedrop, saya sekeluarga pun sering berkunjung ke Pandak dan menginap di sana, dan dari keseharian itulah saya melihat betapa sayangnya mbah kakung pada mbah putri. Mbah kakung selalu memangku mbah putri saat mbah putri berbaring sembari mengelus kepalanya dan membimbingnya berdoa. Ya Allah, begitu romantisnya simbahku. Dan mbah putri pun pernah bilang kalau nyaman tidur di samping mbah kakung, dan berasa badannya terasa "enteng" walaupun hanya bersandar di tubuh mbah kakung. Pada malam sebelum mbah putri ke rumah sakit pun, mbah putri minta "dikelonin" mbah kakung. So sweet sekali bukan??? "Akankah kita menua bersama orang yang kita sayang dan menyayangi kita??? Semoga. Aamiin"
    Hal yang semakin membuat pilu adalah saat mbah putri meninggal di rumah sakit, hanya saya, adek, ibuk, dan om Yanto yang ada di ruang tersebut. Ibuk senantiasa membimbing mbah putri untuk dzikir d samping telinganya, sementara kami hanya melihat dari jauh dengan senantiasa mendoakan beliau. Yaa Rabbi, begitu sayangnya Engkau pada mbah putri hingga Engkau memanggilnya kini untuk bersanding di samping-Mu. Padahal mbah kakung baru di perjalanan menuju ke rumah sakit. Hamba membayangkan betapa hancurnya hati mbah kakung mendengar kabar tersebut, karena saat mbah putri menghembuskan nafas terakhirnya, mbah kakung tidak berada di sampingnya.
    Selang 2,5 jam, tepat pukul 22.40 WIB, jenazah mbah putri tiba di Pandak, mbah kakung langsung menyambut jenazah mbah putri dan mengelusnya sambil berdoa untuknya. Ya Rabbi, saya tak kuat melihat pemandangan tersebut, dan air mata terus mengucur tanpa bisa dibendung. Yaphs, tapi insyaallah kami sekeluarga ikhlas. Karena sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.. innallaha 'alaa kulli syai in qadiir... 
    Hari ini,23 Desember 2014,tepat peringatan 7 hari meninggalnya simbah putri. Air mata saya bahkan masih deras mengucur ketika rindu yang sangat ini tiba-tiba muncul. Hanya doa yang dapat saya panjatkan untuk mbah putri yang sudah seperti ibu kedua bagiku...
Allaahummaghfirlaha, warhamha, wa 'aafihi, wa'fu 'anha, wa akrim nuzuulaha, wa wassi' madkhalaha, waghsilhu bimaa-in watsaljin wabaradin, wanaqqihi minal khathaayaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minaddanasi, wa abdilhu daaran khairan min daarihi, waqihi fitnatal qabri wa 'adzaabannaar.
Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, maafkanlah dia, ampunilah kesalahannya, muliakanlah kematiannya, lapangkanlah kuburannya, cucilah kesalahannya dengan air, es dan embun sebagaimana mencuci pakaian putih dari kotoran, gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik, hindarkanlah dari fitnah kubur dan siksa neraka.
Aamiin Aamiin Aamiin...
 
Terimakasih Yaa Rabbi, telah memberi saya kesempatan mengenal beliau, mbah putri yang sangat tangguh dan banyak mengajarkan ku tentang perjuangan hidup. Memberi hamba kesempatan merasakan kasih dan sayang-Mu melalui beliau. Semoga semua amal shalih mbah putri Engkau terima dan Engkau ampuni dosa-dosa serta kesalahan beliau. Semoga kelak bisa ketemu di surga yaa mbah putri... Aamiin aamiin Yaa robbal'alamiin.

0 comments:

Post a Comment